Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. It was popularised in the 1960s with the release of Letraset sheets containing Lorem Ipsum passages, and more recently with desktop publishing software like Aldus PageMaker including versions of Lorem Ipsum.

Selasa, 29 Oktober 2013

Insiden pada Jam Istirahat ke Dua

Hei, selamat siang. Kalian pasti memiliki pengalaman berharga, entah itu saat kalian masih kecil, yang pasti masih polos-polos,nakal,  dan imut :P atau saat menduduki bangku sekolah, tempat kalian mempelajari sesuatu yang baru bersama teman-teman, atau mungkin di saat kalian baru pertamakali diterima di universitas yang kalian inginkan, dan banyak lagi. Pengalaman-pengalaman itu memberi kesan dan pesan yang tak ternilai harganya, mengandung kenangan masa lalu yang dapat membuat kita  menangis, tertawa, atau malah takjub bahwa kita pernah melakukan hal itu.


Aku memiliki suatu pengalaman yang ingin kubagi bersama kalian, yaitu waktu Aku duduk di bangku SMP kelas 9. Saat itu aku memiliki teman sebangku bernama Dewi. Wajib kalian ketahui, Dewi adalah anak yang usil dan terlalu hiperaktif. Aku selalu dibuat kesal. Dia selalu mengerjaiku kapanpun, dimanapun, seenak jidatnya.


Hari itu langit cerah tanpa awan. Jika melihat matahari seakan tersenyum siang ini, kita pasti ingin membalas senyuman hangatnya. Namun berbeda dengan yang terjadi pada hari Kamis itu. Mata pelajaran IPS adalah salah satu pelajaran yang sukses membuat aku dan Dewi (atau bahkan seluruh anak sekelas) mengantuk. Waktu bel istirahat dibunyikan, aku langsung pergi keluar kelas bersama Putri menuju kantin sedangkan Dewi pergi mencuci muka. 

Awalnya semua baik-baik saja. Sebelum ada peristiwa itu. Kuberi nama ‘Insiden berdarah waktu istirahat ke 2’. Setelah Dewi selesai mencuci mukanya, aku mendengar suara tapak kaki. Aku langsung menyadari bahwa itu adalah teman baikku yang semangatnya sudah pulih akibat tidak mengantuk lagi. Dan benar saja, Dewi berlari kencang menuju arah kami. Begitu aku berputar ke belakang untuk menyambutnya, tiba-tiba … “BRUK!” Lho? Sosoknya hilang di depan mataku.

Begitu aku menunduk, nampaklah Dewi yang jatuh tersungkur dengan pose cicak di dinding. Harusnya aku bisa melampiaskan kesebalan yang terpendam selama ini padanya dengan tertawa keras-keras. Tapi melihatnya dilihat murid-murid lain membuatku iba. Kami membantunya berdiri, tiba-tiba ada yang menetes melalui dagunya. 

Tes tes tes tes ..

“Dewi! Dewi! Ituuu!” kataku panik sambil menunjuk padanya. “Hah? Apa?” katanya ikut bingung, bodohnya dia malah memandang ke atas. “Dagumu!” kata Putri menambahkan. “Hah?” begitu Dewi mengusap dagunya,  darah segar nampak di sela-sela jarinya. Kami langsung berlari ke UKS. Darahnya menetes di sepanjang jalan ke sana. Di sana kami langsung menyerahkannya pada petugas UKS, entah apa yang akan mereka lakukan padanya. 

Sayangnya bel masuk sudah berbunyi dan kami terpaksa kembali ke kelas. Aku tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaran. Peristiwa tadi terbayang-bayang di kepalaku. Kalau ku putar kembali  kejadian itu dari awal, aku menyadari bahwa Dewi sesungguhnya jatuh karena menyandung kakiku. Ya Tuhaaan, semoga dia bisa bertahan dan tidak mati kehabisan darah!

Pulang sekolah, aku dan Putri pergi menjenguk Dewi. Dan disana kami melihat seragam Dewi yang penug darah dan orangnya, dengan senyum lebar tersungging di mulutnya, seakan tidak terjadi apa-apa. “Halo, Rek” Ya ampun, melihatnya begini membuatku berpikir sepertinya percuma aku mencemaskan keadaannya tadi. Inilah yang kukagumi dari sosok sahabatku ini. Tabah dalam segala cobaan dan tetap ceria. Sebal sih melihatnya tetap usil seperti biasa, tapi aku juga bersyukur dia bisa selamat dari maut. Ini aku yang terlalu berlebihan sih.

Itulah pengalaman yang paling berkesan bagiku. Memberiku pelajaran bahwa kita harus berhati-hati sebelum bertindak dan tetap sabar menghadapi masalah. Bagus juga mengingat kejadian-kejadian yang dulu pernah kita alami untuk diambil manfaatnya. Ah, tapi jangan terlalu menyesali semua yang telah lalu. Kita harus selalu maju ke depan agar tak ada rantai yang memaksa kita berhenti di tempat yang sama.
Sampai disini saja dulu ceritaku. Terimakasih sudah berkunjung! :3

0 komentar:

Posting Komentar