Relasi makna
Penggunaan kata dalam berbahasa
tentunya ada yang menimbulkan hubungan antara satu makna dan yang
lain. Inilah yang disebut relasi makna. Relasi makna ini mencakup
:
- Sinonim (persamaan makna)
Secara etimologi,
sinonim berasal dari bahasa Yunani, onoma (nama) dan syn
(dengan) harfiah, kata sinonim berarti ‘nama sama untuk benda
yang sama’.
Contoh :
benar=betul, lezat=enak, dsb.
Kata-kata yang
bersinonim belum tentu dapat digantikan begitu saja. Perhatikan
konteks kalimat!
“Polisi
hendaknya memperjuangkan kebenaran.” tetapi tidak dapat dikatakan
“Polisi hendaknya memperjuangkan kebetulan.”
- Antonim (lawan kata)/ Oposisi makna
Antonim berasal
dari bahasa Yunani Kuno, onoma (nama) dan anti (melawan).
Secara harfiah berarti ‘nama yang lain untuk benda lain’. Antonim
juga disebut oposisi makna. Macam oposisi makna, antara lain :
- Oposisi Mutlak, kata-kata yang memiliki lawan kata secara mutlak. Contoh : hidup x mati.
- Oposisi Kutub, kata-kata yang memiliki lawan kata secara berjenjang/bertingkat. Contoh : kaya x miskin.
- Oposisi Hubungan, kata-kata yang memiliki hubungan (kehadiran kata itu menyebabkan kehadiran kata yang lain. Contoh : ada penjual maka ada pembeli.
- Oposisi Hierarkial, kata-kata yang berupa nama satuan hitung, satuan ukuran, penanggalan, jenjang pendudukan, dsb. Contoh : sersan x jenderal.
- Oposis Majemuk, kata yang lawan katanya lebih dari satu. Contoh, ramah beroposisi dengan kejam, judes, galak, dan bengis.
- Polisemi
Polisemi adalah
satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih
dari satu. Contoh : kata ‘tolak’. Contoh kalimat :
- Adi bermain tolak peluru.
- Tolak dia! Jangan biarkan ia mencampuri kehidupanmu.
- Homonim
Berasal dari kata
Yunani Kuno, onoma (nama) dan homos(sama). Secara
harfiah, dapat berarti ‘nama sama untuk benda lain’. Contoh, kata
‘lirik’, dapat berarti gerakan mata melirik atau sebuah teks
lagu.
- Homograf
Tulisan yang sama
namun memiliki pengucapan berbeda dan arti yang berbeda. Contoh :
tape (makanan) dan tape (perekam), kecap (bumbu masakan) dan kecap
(gerakan mulut) Contoh kalimat :
- Toko Asri berada di bedak pertama.
- Adik memakai bedak tebal.
- Homofon
Tulisan yang
berbeda untuk pengucapan yang berbeda dan arti yang berbeda. Contoh :
rok (pakaian) dan rock (jenis musik), kasa (kain) dan kassa (kasir),
tib (kitab obat-obatan, jampi-jampi) dan tip (uang tambahan). Contoh
kalimat :
- Ajeng menyukai jus apel.
- Ajeng membaca Al-Qur’an juz 13.
- Hiponim
kata yang maknanya
lebih sempit/khusus, contoh, kata buah hiponimnya adalah buah apel,
buah pisang, buah anggur.
- Hipernim
kata yang maknanya
luas/umum. Contoh, kata shalat, adalah hipernim dari kata shalat
Ashar, shalat Shubuh, dsb.
Perubahan Makna
1. Generalisasi (perluasan makna)
Contoh: Bapak: dulu= orang tua laki-laki ; sekarang= semua laki-laki
yang sudah tua
2. Spesialisasi (penyempitan makna)
Contoh: Sarjana: dulu= cendekiawan ; sekarang= lulusan universitas
3. Ameliorasi (penghalusan makna)
Contoh: dulu= buta ; sekarang=tuna netra
4. Peyorasi (pengasaran makna) Contoh:
gerombolan: dulu= kelompok dalam artian netral ; sekarang: kelompok
dalam artian negatif
0 komentar:
Posting Komentar