Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. It was popularised in the 1960s with the release of Letraset sheets containing Lorem Ipsum passages, and more recently with desktop publishing software like Aldus PageMaker including versions of Lorem Ipsum.

Rabu, 11 Juni 2014

Relasi dan Perubahan Makna

Relasi makna

Penggunaan kata dalam berbahasa tentunya ada yang menimbulkan hubungan antara satu makna dan yang lain. Inilah yang disebut relasi makna. Relasi makna ini mencakup :

  1. Sinonim (persamaan makna)
Secara etimologi, sinonim berasal dari bahasa Yunani, onoma (nama) dan syn (dengan) harfiah, kata sinonim berarti ‘nama sama untuk benda yang sama’.
Contoh : benar=betul, lezat=enak, dsb.
Kata-kata yang bersinonim belum tentu dapat digantikan begitu saja. Perhatikan konteks kalimat!
“Polisi hendaknya memperjuangkan kebenaran.” tetapi tidak dapat dikatakan “Polisi hendaknya memperjuangkan kebetulan.”

  1. Antonim (lawan kata)/ Oposisi makna
Antonim berasal dari bahasa Yunani Kuno, onoma (nama) dan anti (melawan). Secara harfiah berarti ‘nama yang lain untuk benda lain’. Antonim juga disebut oposisi makna. Macam oposisi makna, antara lain :
  1. Oposisi Mutlak, kata-kata yang memiliki lawan kata secara mutlak. Contoh : hidup x mati.
  2. Oposisi Kutub, kata-kata yang memiliki lawan kata secara berjenjang/bertingkat. Contoh : kaya x miskin.
  3. Oposisi Hubungan, kata-kata yang memiliki hubungan (kehadiran kata itu menyebabkan kehadiran kata yang lain. Contoh : ada penjual maka ada pembeli.
  4. Oposisi Hierarkial, kata-kata yang berupa nama satuan hitung, satuan ukuran, penanggalan, jenjang pendudukan, dsb. Contoh : sersan x jenderal.
  5. Oposis Majemuk, kata yang lawan katanya lebih dari satu. Contoh, ramah beroposisi dengan kejam, judes, galak, dan bengis.

  1. Polisemi
Polisemi adalah satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Contoh : kata ‘tolak’. Contoh kalimat :
  1. Adi bermain tolak peluru.
  2. Tolak dia! Jangan biarkan ia mencampuri kehidupanmu.

  1. Homonim
Berasal dari kata Yunani Kuno, onoma (nama) dan homos(sama). Secara harfiah, dapat berarti ‘nama sama untuk benda lain’. Contoh, kata ‘lirik’, dapat berarti gerakan mata melirik atau sebuah teks lagu.

  1. Homograf
Tulisan yang sama namun memiliki pengucapan berbeda dan arti yang berbeda. Contoh : tape (makanan) dan tape (perekam), kecap (bumbu masakan) dan kecap (gerakan mulut) Contoh kalimat :
  1. Toko Asri berada di bedak pertama.
  2. Adik memakai bedak tebal.

  1. Homofon
Tulisan yang berbeda untuk pengucapan yang berbeda dan arti yang berbeda. Contoh : rok (pakaian) dan rock (jenis musik), kasa (kain) dan kassa (kasir), tib (kitab obat-obatan, jampi-jampi) dan tip (uang tambahan). Contoh kalimat :
  1. Ajeng menyukai jus apel.
  2. Ajeng membaca Al-Qur’an juz 13.

  1. Hiponim
kata yang maknanya lebih sempit/khusus, contoh, kata buah hiponimnya adalah buah apel, buah pisang, buah anggur.
  1. Hipernim
kata yang maknanya luas/umum. Contoh, kata shalat, adalah hipernim dari kata shalat Ashar, shalat Shubuh, dsb.



Perubahan Makna

1. Generalisasi (perluasan makna) Contoh: Bapak: dulu= orang tua laki-laki ; sekarang= semua laki-laki yang sudah tua
2. Spesialisasi (penyempitan makna) Contoh: Sarjana: dulu= cendekiawan ; sekarang= lulusan universitas
3. Ameliorasi (penghalusan makna) Contoh: dulu= buta ; sekarang=tuna netra
4. Peyorasi (pengasaran makna) Contoh: gerombolan: dulu= kelompok dalam artian netral ; sekarang: kelompok dalam artian negatif

0 komentar:

Posting Komentar